Minggu, 26 Mei 2013
JELAJAH ARSITEK DAN ARSITEKTUR: Arsitektur Warung Kopi(bag.1)
JELAJAH ARSITEK DAN ARSITEKTUR: Arsitektur Warung Kopi(bag.1): Sepertinya hampir semua orang menyukai minuman yang berasal dari seduhan biji kopi yang telah dihaluskan, apakah itu disajikan dalam ...
Arsitektur Warung Kopi(bag.1)
Sepertinya hampir
semua orang menyukai minuman yang berasal dari seduhan biji kopi yang telah
dihaluskan, apakah itu disajikan dalam bentuk minuman hangat atau dingin,
tergantung dari selera masing-masing orang. Nongkrong dan ngobrol ‘ngalor-ngidul’
adalah dua kata yang melekat dengan warung kopi sepertinya bukan hal baru,
sudah sejak dulu, warung kopi menjadi tempatnya. Tak’heran jika lahir kata-kata
sindirian; “Obrolan warung kopi kok’dipercaya”, mungkin saja karena asyiknya
ngobrol, kita sudah agak bingung untuk membedakan mana pembicaraan yang serius,
dan mana pula obrolan sekedar ‘ngegosip’ di warung kopi. Terlepas dari apa yang
tengah mereka bincangkan di warung kopi, hakekatnya manusia sejak lahir
membutuhkan ruang-ruang sosial. Seperti kata M.J. Langeveld (M.J. Langeveld,
1955: 54); “Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas”
Jadi dalam
konteks konsep disain warung kopi, yang paling harus diperhitungkan dan
dipertimbangkan secara matang adalah; memiliki dimensi kesosialan, yang
memberikan peluang atau mewadahi kegiatan kontak sosial. Seperti
juga Immanuel Kant mengatakan; “Manusia akan menjadi manusia jika berada di
antara manusia.”
Berbeda
dalam konteks ekonomi, komoditas kopi dan lokasi dimana warung kopi itu berada,
adalah menjadi sangat penting. Rasa dan aroma sebagai komoditas dagang dari
seduhan kopi menjadi penting, dan menjadi daya tarik utamanya.
Saya kira
dua hal diatas tak’perlu dipertentangan mana yang jauh lebih penting, karena
pada akhirnya perwujudan “Warung kopi” itu menjadi satu paket antara; Rasa,
aroma, dengan suasana ruang dengan dimensi sosialnya.
Berikut ini
adalah beberapa model disain warung kopi yang menggabungkan antara rasa, aroma
dan suasana ruang. Tentu saja sang pemilik warung kopi lebih memahami, mana
konsep yang harus lebih ditekankan dari wujud ‘Warung kopi’ miliknya.
Warung kopi Starbucks Dazaifu,
Jepang.
Tampilan Starbucks Dazaifu, pada bagian depan arah pintu masuk |
Salah satu bisnis warung kopi yang mengusung
konsep waralaba, salah satunya adalah “Starbucks coffee shop”
Starbucks Corporation
adalah sebuah perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi global asal Amerika
Serikat yang berkantor pusat di Seattle, Washington. Starbucks adalah
perusahaan kedai kopi terbesar di dunia,dengan 20.336 kedai di 61 negara,
termasuk 13.123 di Amerika Serikat, 1.299 di Kanada, 977 di Jepang, 793 di
Britania Raya, 732 di Cina, 473 di Korea Selatan, 363 di Meksiko, 282 di
Taiwan, 204 di Filipina, dan 164 di Thailand, juga beberapa outletnya di negeri
kita Indonesia.
Suasana Interior Starbucks Dazaifu, dengan rajutan batang kayu. |
Jika kita melihat ciri-ciri konsep disainnya,
mengusung nuansa klasik, bermain-main dalam warna bernuasan alami, dan kontekstual
dengan kelokalan dengan tetap mewujudkannya dalam suasana modern.
Salah satunya adalah ‘Starbucks
coffee shop’ di Dazaifu, Jepang. Yang menggunakan pendekatan kuil
Shinto di Dazaifu. Fitur yang paling mengesankan dari
disainnya tampak didominasi oleh kisi-kisi diagonal seperti sebuah rajutan
benang yang saling menyilang. Katanya terbuat dari lebih dari 2000 batang kayu. Seluruh dinding ruang dalam hingga ke entrance-nya
difinish oleh rajutan batang kayu yang seolah-olah seperti ruang ini dilingkupi
oleh sculpture kayu yang sangat menarik.
Kalau ditanya soal rasa ‘kopinya’, Starbucks
memang sudah punya ciri khas tersendiri, Menurut saya yang kebetulan terbilang ‘Penyeruput
kopi setia’, rasanya biasa-biasa saja, tapi kalau khususnya di Jakarta,
nongkrong di ‘Starbucks coffee shop’ memiliki gengsi tersendiri,
mungkin disitulah letak dimensi sosial yang hendak dijawabnya.
Warung
Kopi Asiang
Banyak
cara atau kiat yang dilakukan oleh para pemilik warung kopi. Salah satunya yang
menurut saya unik adalah “Warung Kopi Asiang” yang terletak di tengah-tengah
keramaian kota Pontianak, Kalimantan Barat, tepatnya di Jalan Merapi.
Warung
kopi ini punya cita rasa yang khas. Belum sah rasanya disebut penikmat kopi,
jika belum pernah menyeruput panasnya kopi Asiang. Biji kopi yang diproses
secara handmade, keunikan sang pemilik Asiang sekaligus penyeduhnya selalu bertelanjang
dada dalam meracik kopi pembelinya. Asiang selalu sibuk menyeduh kopi dekat
kompor yang memang panas dengan bertelanjang dada alias tidak memakai baju.
Boleh jadi ciri ini merupakan satu-satunya di Indonesia.
Disain
warung kopi ini sangat sederhana, tidak ada ‘Embel-embel’ unsur dekoratif yang
biasanya diupayakan untuk menarik atau memikat mata pengunjungnya. Hanya
tersedia meja-meja sederhana yang biasanya, satu meja terdiri dari empat kursi.
Jadi letak dimensi sosialnya hanya ditekankan pada satu meja dengan empat kursi
yang nantinya digunakan oleh para pembeli yang menyeruput kopi panas sambil nongkrong
atau ngobrol.
Warung
kopi ini buka setiap hari mulai pukul 04.00 WIB hingga pukul 12.30 WIB warung
ini sudah ramai dikunjungi pelanggan untuk menikmati kopi hasil seduhan dan racikan
Asiang. Warung kopi ini sudah berdiri sejak 50 tahun yang lalu. Pak Asiang rupanya
telah menekuni pekerjaan ini sejak kecil, yang keahliannya diturunkan oleh orangtuanya
dalam membuat kopi bubuk, meracik, dan menyeduhnya.
Kalau
ditanya siapa pelanggannya?, dari kalangan pejabat hingga masyarakat umum. Biasanya
mereka mampir ke warung kopi Asiang sebelum berangkat kerja. Jika pada hari
Sabtu dan Minggu, kita harus bersabar antri, hanya untuk mendapatkan tempat
duduk, maklumlah warung kopi yang satu ini dikelola dengan gaya tradisional
yang belum menggunakan istilah “Pesan tempat”
Harga segelas kopi Asiang relatif murah, jika dibandingkan dengan Starbucks coffee. Kita cukup menyediakan uang lima ribu rupiah saja sudah dapat menikmati “Kopi Asiang”.
Harga segelas kopi Asiang relatif murah, jika dibandingkan dengan Starbucks coffee. Kita cukup menyediakan uang lima ribu rupiah saja sudah dapat menikmati “Kopi Asiang”.
Warung kopi Tak Kie
Warung kopi Tak Kie adalah salah satu warung kopi yang
terkenal di Jakarta, sudah berdiri sejak tahun 1927. Warung ini berada di kawasan
Pecinan Glodok, Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, tepatnya di jalan Pintu Besar
Selatan III, Glodok.
Tidak jauh berbeda dengan warung kopi Asiang di Pontianak
yang memiliki kekhasan pada rasa dan aroma kopi sebagai daya tariknya, bedanya,
warung kopi Tak Kie di tata dengan nuansa yang terkesan ‘Tempo Dulu’ banget,
seperti nuansa yang terdapat dalam film-film kungfu klasik yang dibintangi
Bruce lee atau Jacky Chan. Kursi-kursi yang terbuat dari kayu jati masih
terawat dengan baik, mungkin saja ada kursi yang sudah berumur 85 tahun lebih,
jika kita menghitungnya dari awal kelahirannya warung kopi ini.
Nama warung Tak Kie sendiri berasal dari kata
"Tak" yang artinya orang yang bijaksana, Warung kopi ini didirikan
oleh Liong Kwie Tjong dari China Daratan, kedai kopi Tak Kie hanya sebuah
gerobak yang berdiri di sekitar pasar Glodok. Kedai ini terus berkembang sampai
sekarang. Generasi ketiga yaitu Latif Yulus alias Ayauw (62). Warung kopi Tak
Kie, buka mulai pukul 6.30 sampai pukul 2.00 siang.
Nongkrong dan ngobrol santai adalah dua kata yang melekat dengan warung kopi sepertinya bukan hal baru, sudah sejak dulu, warung kopi menjadi tempatnya. |
Kamis, 23 Mei 2013
10 JEMBATAN TERUNIK VERSI JAA (BAGIAN.III)
Ini adalah
artikelterakhir dari 10 JEMBATAN TERUNIK VERSI JAA, bagian ke III ini
adalah bagian akhir dari dua artikel yang mendahuluinya yaitu: Bagian.I DAN Bagian.II.
Perjalan kali
ini kita mulai dari Budapest, Hongaria;
Margaret
Bridge
Margaret Bridge adalah jembatan yang terletak di
Budapest, Hongaria. Jembatan ini bergaya arsitektur Neo-Baroque, menghubungkan Szent István Boulevard dan Margit Boulevard, juga menuju Pulau
Margaret. Jembatan ini menyeberangi sungai Danube[1]. Ini adalah
jembatan kedua yang berada di bagian utara utara dan jembatan publik tertua
kedua di Budapest. Dirancang oleh arsitek Perancis Ernest Gouin dan dibangun
oleh perusahaan konstruksi Maison et Cie Ernest Gouin antara 1872-1876, dan
insinyur sipil yang bertanggung jawab adalah Émile Nouguier. Ernest Gouin, merancangnya
dengan menampilkan sosok jembatan yang mencolok tapi elegan. Lengkung
lengkungan Parisienne-stlye yang dirancang oleh Gouin terintegrasi dengan lanskap
sekitarnya Budapest. Pembangunan jembatan itu dimulai pada Agustus 1872
dengan pembangunan pondasi pilar. Karena musim dingin, pekerjaan harus
dihentikan dan hanya akan dilanjutkan Maret 1873. Konstruksi besi dari jembatan
ini diproduksi di Perancis kemudian diangkut ke Hongaria Maret 1874.
Jembatan
ini terbuka untuk umum pada tanggal 30 April 1876. Struktur jembatan ditopang
oleh tujuh pilar; satu pilar utama, dua pilar sungai dan empat pilar dasar
sungai. Pada beberapa bagian pilar terdapat patung ornated yang diukir oleh
pemahat Perancis Thabard pada tahun 1874. Pilar utama terletak langsung di
sebelah Pulau Margaret. Pada titik ini, sumbu jembatan membuat busur 30
derajat, sehingga pilar sejajar dengan garis saluran di kedua cabang sungai
Danube. Pada awalnya, jembatan ini tidak terhubung dengan ke Pulau Margaret, pada
saat itu, Pulau Margaret hanya bisa dicapai dengan perahu. Pada akhir abad
ke-19, rencana regulasi Danube yang mempersatukan Pulau Margaret.
Margaret Bridge adalah jembatan paling padat di
ibukota Hungaria, dengan panjang 607 meter, dan lebar 25 meter[2],
terdiri dari empat jalur lalu lintas (dua di setiap arah), dua jalur trem di
tengah dan satu trotoar yang berada di masing-masing jalur.
Karena umurnya, Margaret Bridge, pada semester
pertama tahun 2009 akan direkonstruksi. Salah satu aspek yang yang menjadi
penekanan renovasi ini adalah melindungi fitur historis Margaret Bridge, antara
lain instalasi ulang patung-patung yang menghiasinya, dan itulah keunikan dari
jembatan ini menjadi semacam etalase seni antara abad 18-19, dimana gaya
Neo-Baroque muncul meninggalkan gaya Baroque sedang tren di
daratan Eropa.
JEMBATAN
MAHAKAM II TENGGARONG, KUTAI KARTANEGARA
Jembatan Mahakam II Tenggarong, Kutai Kartanegara,
Kaltim dibangun pada Tahun 1995[3]
oleh PT Hutama Karya, perencananya adalah PT Perencana Djaja dan
pengawasan pelaksanaan oleh PT PCI Consultant, menghabiskan biaya 120 M. Diresmikan
pada Tahun 2001. Jembatan Kutai Kartanegara adalah jembatan yang melintas di
atas sungai Mahakam dan merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Panjang
jembatan secara keseluruhan mencapai 710 meter dan lebar 9 meter, dengan
bentang bebas, atau area yang tergantung tanpa penyangga, mencapai 270 meter.
Jembatan ini merupakan sarana penghubung antara kota Tenggarong dengan
kecamatan Tenggarong Seberang yang menuju ke Kota Samarinda. Jembatan Kutai
Kartanegara merupakan jembatan kedua yang dibangun melintasi Sungai Mahakam
setelah Jembatan Mahakam di Samarinda sehingga juga disebut Jembatan Mahakam
II. Jembatan ini dibangun menyerupai Jembatan
Golden Gate di San Fransisco, Amerika Serikat.
Jembatan ini juga merupakan akses menuju Samarinda ataupun sebaliknya yang dapat
ditempuh hanya sekitar 30 menit. Melewati Jembatan ini akan mendapatkan view
menarik dari pemandangan hamparan sebuah pulau kecil yang memisahkan Tenggarong
dan Kecamatan Tenggarong Seberang, yaitu Pulau Kumala, sebuah pulau yang kemudian menjadi
sarana Rekreasi yang banyak diminati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Kawasan
ini setiap sorenya selalu dipenuhi oleh pengunjung yang dapat menikmati
keindahan Jembatan Kutai Kartanegara.
Keunikan
dari jembatan ini adalah, “Ketika runtuh pada hari Sabtu, tanggal 26 November 2011, sekitar
pukul 16.20 WITA, tak’satupun pihak yang bertanggungjawab atas keruntuhannya,
Seperti material ‘Gaib’ yang kemunculannya bukan disebabkan hasil olah pikir
dan karya manusia. Seperti dibuat oleh mahluk ‘Jin’, maka ketika runtuh, yang
ramai dibicarakan adalah penyebab keruntuhannya, dan para pihak yang
berkompeten seperti bisu seribu bahasa, tak’terdengar komentarnya, seperti
mahluk ‘Gaib’.”
Untuk
memahami sebab-sebab keruntuhannya, “Tim Investigasi Runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Gadjah Mada,”[4] telah memberikan pencerahan yang lebih rasional
tentang keruntuhan Jembatan
Kutai Kartanegara yang hanya
berumur 10 tahun. Berbeda dengan “Margaret
Bridge” yang
sudah berumur hampir satu abad (1000 tahun)
Jembatan Akashi-Kaikyō
Jembatan Akashi-Kaikyō adalah
nama untuk sebuah jembatan gantung (suspension bridge) di Jepang. Melintas
diatas selat Akashi yang menghubungkan Maiko di kota Kobe dengan kota Awaji di
pulau Awaji
, Jepang. Pada mulanya, Jembatan
Akashi Kaikyō[5]
dirancang untuk jalur kendaraan bermotor dan kereta api, tapi pada saat proyek
pembangunan diumumkan pada bulan April 1986, jembatan ini hanya untuk dilewati
kendaraan bermotor saja (6 jalur). Pembangunan fisik dimulai tahun 1988 dan
jembatan dibuka untuk umum pada tanggal 5 April 1998. Jembatan terdiri
dari 3 rentangan dengan panjang keseluruhan 3.911 meter. Panjang rentangan
utama yang ada di tengah-tengah 1991 meter, sedangkan panjang 2 rentangan yang
menuju ke darat, masing-masing 960 meter, yang terikat kuat di menara
dimana kabel-kabel diikatkan, tingginya 300 meter di atas permukaan laut.
Jembatan ini dirancang oleh Honshu Shikoku Bridge Authority; Konstruksi
oleh Obayashi Corp. (anchorage Kobe); Kontraktor oleh Kawasaki Heavy Industries
, Solétanche Bachy (anchorage foundations), dan Taisei Corporation;
Ko-Kontraktor oleh Kawada Industries; Konstruksi baja oleh Mitsubishi Heavy
Industries Ltd. Jembatan ini pernah terguncang Gempa
bumi besar Hanshin
17 Januari 1995,
namun kehebatan perancang dari jembatan ini tampaknya sudah mengantisipasi
kemungkinan akan terjadinya bencana, kerusakannya hanya terjadi pada kemelaran rentangan
utama sejauh 1 meter, yang pada saat dibangun panjangnya hanya 1990 meter
menjadi 1991 meter. Jembatan memang dirancang untuk dapat bertahan dari
guncangan gempa bumi hingga 8,5 skala Richter, derasnya arus laut di Selat
Akashi, serta
tiupan angin kencang hingga kecepatan angin maksimum 286 km/jam.
Jembatan
Akashi-Kaikyo terlihat indah di waktu malam dengan gemerlap lampu-lampu
beraneka warna, sehingga jembatan ini juga dikenal dengan nama Pearl Bridge
(jembatan mutiara). Rangkain lampu berwarna merah,
hijau, biru menghiasi kabel-kabel utama yang menahan jembatan Akashi-Kaikyō. Disainer
tata lampu/cahaya oleh Ishii Motoko yang merancang warna-warni lampu pada kabel
utama jembatan agar berubah-ubah sesuai jam, hari, dan musim. Warna lampu-lampu
di hari biasa: hijau di musim semi, biru di musim panas, merah di musim gugur,
dan kuning di musim dingin. Warna-warni pelangi ditampilkan satu jam sekali
sebagai penunjuk waktu, sedangkan setiap setengah jam sekali ditampilkan
warna-warni batu mulia.
Keunikan dari jembatan
gantung ini adalah pada kehandalan sistem struktur dan konstruksinya, yang
mampu bertahan dari Gempa bumi dan keadaan iklimnya.
Jembatan
Aizhai
Jembatan
Aizhai adalah nama
sebuah jembatan gantung (suspension bridge) merupakan jalan Tol G65 Baotou–Maoming dekat Jishou, Hunan,
Republik
Rakyat Cina.
Jembatan ini adalah bagian dari tol barat daya Cina kota Chongqing ke Changsha.
Panjang
rentang utama jembatan ini adalah 1.146 m
(3,760 kaki) dan tinggi dek 350 m
(1,100 kaki), menjadikannya
sebagai jembatan tertinggi keenam di
dunia dan
memiliki rentang utama terpanjang di dunia. Jembatan ini juga terhubung dengan terowongan-ke-terowongan
terpanjang di dunia. Pada saat malam hari, jembatan ini diterangi
oleh 1888 lampu, agar pandangan waktu malam dapat meningkat ketika melintas di atas
Dehang Canyon.[6]
Jembatan ini disebut-sebut
sebagai jembatan yang pertama kali menggunakan kabel serat karbon pratekan[7], angkur
penguatan kabel menggunakan untai baja konvensional, Aizhai Bridge Berdasarkan
uji laboiratorium menggunakan serat karbon kinerja tinggi sebagai penguat
pratekan, dibandingkan dengan kawat baja tradisional, bahan serat karbon memiliki
keuntungan dari ringan, kekuatan tinggi, ketahanan korosi, memberikan jaminan
penuh atas keselamatan jembatan.
Disain
baja kaku truss girder jembatan Aizhai terdiri dari
rangka baja dan sistem dek jembatan. Baja truss
dengan truss utama, truss melintang utama, atas dan bawah laterals dan menjaga stabilitas
hembusan angin yang melintas. Tipe struktur,
terdiri dari akord atas, batang chord, vertikal dan batang miring. Top chord, chord batang dengan bagian kotak, selain untuk
mendukung bagian ventral batang mengadopsi penampang I-berbentuk mengadopsi
sebuah kotak. Utama truss girder truss dari 7.5m
tinggi, 27m lebar, panjang ruas 7.25m. Panjang
segmen 14.5m, terdiri dari 2 ruas, menetapkan truss melintang utama di setiap
node. Sebuah
truss melintang utama dengan struktur rangka tunggal, terdiri dari atas, balok
rendah dan vertikal, batang perut lurus, balok atas dan bawah dengan bagian
kotak, batang ventral mengadopsi bentuk penampang I, untuk menhan gaya Laterals
digunakan sistem K, pada bagian kotak.
Jembatan Aizhai terletak di lembah pegunungan, studi stabilitas tahan angin telah menjadi isu utama dalam pembangunan jembatan.
Jembatan Aizhai terletak di lembah pegunungan, studi stabilitas tahan angin telah menjadi isu utama dalam pembangunan jembatan.
Menurut hasil tes pengaturan uji
kestabilan plat terhadap angin, ditetapkan nilai uji diatas 860mm untuk menjaga
kestabilan plat terhadap gaya angin, terhadap hembusan angin yang tiba-tiba
melintas yang dapat mempengaruhi pengaku longitudinal ditetapkan nilai uji
kestabilan terhadap angin diatas 1000mm.
Pembangunan
Jembatan Aizhai dimulai bulan Oktober 2007 dan selesai pada akhir 2011.
Jembatan ini secara resmi dibuka untuk lalu lintas pada Maret 2012.
Jembatan
ini dibangun untuk mengurangi waktu
perjalanan antara Jishou dan Chadong dari 4 jam menjadi kurang dari 1 jam.
Jumat, 10 Mei 2013
10 JEMBATAN TERUNIK VERSI JAA (BAGIAN.II)
Ini adalah
10 jembatan yang terunik versi JELAJAH ARSITEK DAN ARSITEKTUR(JAA), setelah pada
Bagian.I mengangkat: Jembatan Pulau
Tambaksari Demak, Peace Bridge (Calgary), dan The Yangmeizhou Bridge. Pada bagian ke II saya akan menyajikan tiga buah
jembatan yang masing-masing memiliki keunikannya tersendiri.
Jembatan Politik Srengseng Sawah Depok[1].
Seorang siswa SD sedang melintasi jembatan gantung di atas Sungai Ciliwung, dari Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, menuju Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa (4/12/2012). Jembatan ini dapat mempersingkat perjalanan lebih kurang 3Km. Sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/2012/12/08/1705138-jembatan-gantung-srengseng-620X310.jpg |
Jembatan terletak di perbatasan antara Jakarta
selatan dan Depok. Jembatan ini bukan saja untuk memperpendek perjalanan, juga
semacam jembatan yang menghubungkan berbagai kegiatan. Terutama kegiatan
ekonomi dan pendidikan. Jembatan ini dibangun pada tahun 1982 secara swadaya,
terutama untuk menghubungkan warga sekitar yang ingin ke Kelapa Dua maupun ke
Srengseng Sawah, yang dulunya harus menggunakan rakit untuk menyebrang, jika
tidak ingin lelah karena harus berputar sejauh 3Km.
Di usianya yang sudah 30 tahun, konstruksi jembatan
yang terbuat dari bambu tampak semakin keropos.
Jembatan ini menggantung yang diikat dengan tali baja ke pohon-pohon yang
berada di bagian awal dan akhir jembatan
ini. Tali ini sudah longgar, bahkan sudah mulai menjuntai. Pada tahun 2007
jembatan ini pernah tidak bisa digunakan sama sekali karena banjir, sehingga
membuat jembatan ini menjadi miring.
Nasib
fasilitas publik di Indonesia memang menyedihkan, apalagi yang kesebutnya “Swadaya
Masyarakat”. Selama 30 tahun tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah Kota
Depok, maupun Pemerintah Propinsi DKI. Baru setelah Pak Jokowi(Gubernur DKI)
memberikan sumbangan langsung, membuat jembatan ini menjadi ajang “Politik”
para pejabat, seperti Wagub Jabar Dede Yusuf, juga merangsang Nurmahmudi
Walikota Depok untuk angkat bicara, walaupun tawaran-tawarannya seperti antara “Mau
dan Tidak Mau”. Itulah keunikannya, hanya sebetang jembatan bambu yang reot,
telah mengundang perhatian media dan para politisi. Padahal kita seharusnya
menyadari, berapa banyak anak sekolah yang diharapkan akan menjadi generasi
penerus bangsa yang membutuhkan jembatan ini untuk dapat tetap bersekolah.
The Chapel Bridge(Kapellbrücke)
Ini adalah jembatan kayu tertua di
Eropa, Jembatan ini unik, karena pada zamannya bukan sekedar tempat atau fasilitas
untuk melintasi sungai Reuss, tetapi untuk barikade mempertahan kota Lucerne Swiss
dari serangan musuh. Jembatan ini sekarang menjadi ikon pariwisata Swiss.
Sumber:http://www.womansday.com/cm/womansday/images/Ro/02-Chapel-Bridge-Lucerne-1.jpg
|
Detail konstruksi kayu truss yang
tertua di dunia, Sumber: http://farm2.static.flickr.com/1388/1250035639_82b3cacacb.jpg |
Jembatan ini menggunakan sistem konstruksi
truss yang tertua di dunia, terdiri dari tonggak dan Triangulasi gulungan span moderat. Jembatan Kapellbrücke pernah
terbakar pada tanggal 18 Agustus 1993 yang nyaris
menghabiskan dua pertiga dari lukisan interior. Kemudian Kapellbrücke dibangun
kembali dan dibuka
untuk umum pada
tanggal 14 April 1994.
Lukisan-lukisan
dari abad 17 yang ditempelkan di konstruksi rangka atap dari Jembatan. Sumber :
http://www.filmapia.com/sites/default/files/filmapia/pub/place/593437858384190.jpg
|
Keindahan Chapel Bridge diwaktu malam. Sumber : http://images.gadmin.st.s3.amazonaws.com/n13381/images/buehne/stc3157_p-1.jpg
|
The Long Biên Bridge[3]
Long Biên Bridge, sebuah karya arsitektur sebagai
simbol perjuangan rakyat Vietnam, Sumber:http://img.cdn2.vietnamnet.vn/Images/english/2011/09/30/14/20110930144018_4.jpg
|
Pada
saat sekarang Jembatan ini masih berfungsi, walaupun hanya untuk jalur kereta api, sepeda
motor, sepeda dan pejalan kaki. Sumber :http://vietnam.com/blog/wp-content/uploads/2012/03/6228102_20cfb5f6ff_m1.jpg
|
Jembatan ini ini adalah saksi
sejarah “Perang Vietnam”, dibombardir
oleh tentara Amerika Serikat, karena jembatan ini adalah sarana vital
satu-satunya yang menyeberangi Sungai Merah yang
menghubungkan Hanoi ke Haiphong pelabuhan utama. Begitu
pentingnya jembatan ini menjadi semacam “Citra Hanoi” dimata Dunia, sampai
dengan saat ini tetap dipertahankan. Menjadi sebuah keunikan yang patut
dicontoh, bagaimana mempertahankan sebuah artefak kebudayaan yang panjang. Walaupun diserang secara
bertubi-tubi, Hanoi dengan segala kemandiriannya berhasil mempertahankan
jembatan ini. Beberapa bagian dari struktur jembatan tetap
menggunakan yang aslinya, hanya setengah dari jembatan ini yang
bisa dipertahankan keasliannya. Dengan bantuan dan dukungan pemerintah Perancis, berhasil mengembalikan jembatan ke tampilan aslinya. Fungsi
jembatan ini pada saat sekarang adalah untuk jalur kereta api, sepeda motor, sepeda dan pejalan kaki, sementara untuk kendaraan berat
dialihkan ke Chuong Duong Bridge dan beberapa
jembatan yang
baru dibangun: Thanh Tri Bridge, Thang Long Bridge, Vinh Tuy Bridge, dan Jembatan Nhat Tan.
Itulah sajian tiga jembatan terunik pada bagian ke II ini, nantikan
bagian terakhir dari artikel 10 JEMBATAN TERUNIK VERSI JAA
Langganan:
Postingan (Atom)