Laman

Translate

Kamis, 09 Mei 2013

10 JEMBATAN TERUNIK VERSI JAA (BAGIAN.I)


Ini adalah 10 jembatan yang terunik versi JELAJAH ARSITEK DAN ARSITEKTUR(JAA), penilaian atas keunikannya bukan saja soal nilai estetikanya, melainkan juga soal, sejarah, dan kebudayaan, yang dapat menggali minat pembaca tentang peradaban manusia. 
  1. Jembatan Pulau Tambaksari, Demak[1] Jembatan ini berada di Kampung

    Para siswa-siswi SMP Kiai Gading, Desa Candisari, Kecamatan Mranggen, harus meniti jembatan bambu di tengah laut Semua itu dilalui untuk menuju sebuah makam keramat di Pulau Tambaksari untuk berziarah sekaligus mengikuti penutupan MOS(okezone, 20 Juli 2012). Mereka harus saling bergandengan agar tidak terpeleset dan jatuh karena jembatan tersebut hanya terdiri dari tiga batang bambu. Sebuah keunikan tentang budaya berziarah, yang agak ganjil jika acara berziarah itu diperkenalkan oleh sekolah, yang notabena adalah institusi yang memegang teguh akalsehat dan rasionalitas.
    Tambaksari[2], Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Sejak sembilan tahun silam secara berangsur-angsur telah ditinggalkan oleh penduduknya, karena abrasi yang terus menggerus dusun ini, hingga menyisakan tujuh keluarga. Untuk keluar dari dusun ini, harus meniti jembatan sepanjang 600 meter yang menyebabkan warga dusun ini terpencil dari akses pendidikan dan kesehatan. Namun, kondisi tersebut tidak menciutkan nyali untuk meninggalkan rumah yang telah ditempati selama puluhan tahun, seperti Mbah Khanan (70) yang tetap tinggal bersama anak dan cucunya di atas rumah panggung. Menurut Fauzan, kepala Dusun Tambaksari, alasan sebagian warga tetap tinggal adalah menjaga tanah leluhur, salah satunya makam Abdullah Mudzakir. Ia adalah tokoh syiar Islam di kawasan tersebut setelah era Kerajaan Demak. Yang menarik dari dusun ini, sebetulnya bukan soal abrasinya, melainkan keberadaan jembatan sepanjang 600 meter, konstruksi jembatan ini terdiri tiga batang bambu yang diikat secara sederhana, dengan menggunakan paku dan tali bambu. Keunikan jembatan ini bukan karena disainnya yang mengundang decak kagum, tapi kepiawaian dan keberanian dari para penggunanya untuk dapat menggunakan jembatan ini, walaupun keselamatannya nyaris tidak ada jamin diantara deru ombak yang siap menerjangnya setiap saat. 
  2. Peace Bridge (Calgary)[3] Peace Bridge[4] adalah nama dari sebuah jembatan penyeberangan, yang melintasi Sungai Bow di Calgary, Alberta, Kanada. Jembatan
    Ini adalah desain yang sangat inspiratif, untuk mengaktualisasikan aksen disain. Sebuah jembatan berbentuk busur yang elegan, menggugah inspirasi untuk perkembangan teknologi dan permodelan disain arsitektur jembatan. Sumber:http://www.newsbuilding.com/wp-content/uploads/stylish-peace-bridge-santiago-calatrava.jpg
    ini menghubungkan bagian selatan sungai Bow dan pusat kota Calgary dengan bagian utara sungai Bow dan masyarakat dari Sunnyside. Jalur koneksi ini mengakomodasi meningkatnya jumlah orang yang berangkat ke dan dari tempat kerja. Dengan disainnya yang menekankan kepada teknologi struktur berkonsep Hi-tech, merupakan daya tarik sendiri bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda yang menikmati jalur Calgary. Peace Bridge dirancang oleh arsitek Spanyol Santiago Calatrava, dan dibangun oleh The City of Calgary Jembatan ini mulai digunakan pada tanggal 24 Maret 2012. Tidak kurang dari 6000 orang per hari yang lalu-lalang di jembatan ini. 
  3. The Yangmeizhou Bridge[5] Ini adalah sebuah jembatan kayu hasil olah pikir era Dinasti Ming. Jembatan ini diperkirakan sudah berumur lebih dari 1000 tahun, hingga sekarang masih berfungsi dengan baik untuk digunakan melintasi Yangmeizhou. Jembatan ini terletak di desa Kengdi, Shouning County[6]. Shouning di County adalah nama sebuah kabupaten kecil yang terletak di timur laut propinsi Fujian Republik Rakyat Cina. Jembatan ini menggunakan sistem konstruksi kayu yang disusun membentuk struktur lengkungan untuk menahan gaya momennya. Jembatan ini tampak terlihat seperti tergantung diantara dua
    Jembatan ini masih dipergunakan hingga sekarang. Tampak seorang pria berjalan melintasi Yangmeizhou melalui jembatan kayu, di desa Kengdi, Shouning County, yang dibangun di era Dinasti Ming; sumber:http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2012/12/27/article-2253793-16AA4AB2000005DC-95_634x418.jpg
    titik buhul dari kayu yang menyatu dengan lingkungan yang subur dan hijau. Konstruksinya dibuat oleh para pekerja yang memiliki keterampilan khusus, hingga disebut master pengrajin. Keterampilan ini telah diwariskan secara turun-temurun, dari satu generasi ke generasi lain melalui proses pemagangan, seperti kelompok kekerabatan dalam sebuah klan yang memiliki prosedur yang ketat. Klan ini memainkan peran penting dalam pembangunan, pemeliharaan dan perlindungan dari jembatan. Jembatan bagi mereka juga memainkan peran penting dalam kehidupan budaya daerah, menyediakan tempat pertemuan bagi warga untuk saling bertukar informasi, ibadah dan hiburan. Sungguh sangat menakjubkan, sebuah karya dengan panjang 62,7 meter dan lebar 4,9 meter, mejadi sebuah ikon peradaban manusia dan teknologi dari metode konstruksi Cina kuno.
Bagaimana menurut versi anda?.....tunggu artikel kami di bagian.II & III.


[1] Sumber gambar : http://u.indo.fm/i/Mhyse.jpg
[2] http://regional.kompas.com/read/2012/03/18/02545754/Hilangnya.Tanah.Leluhur
[3] Sumber gambar : http://www.newsbuilding.com/wp-content/uploads/stylish-peace-bridge-santiago-calatrava.jpg
[4] http://en.wikipedia.org/wiki/Peace_Bridge_%28Calgary%29
[5] Sumber gambar : http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2012/12/27/article-2253793-16AA4AB2000005DC-95_634x418.jpg
[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Shouning_County

Tidak ada komentar: