Laman

Translate

Rabu, 01 Mei 2013

“INTERAKSI SEORANG ARSITEK DENGAN KOMPUTER DALAM PROSES MERANCANG”

Perdebatan mengenai apakah seorang arsitek itu seorang operator komputer?; Apakah arsitek itu harus pandai menggambar?; Apakah arsitek zaman sekarang wajib menguasai keterampilan mengoperasikan aplikasi computer seperti, AutoCad, 3DMax, SketchUp, Archicad, Lightworks Rendering (Engine Rendering Standard Archicad), atau Adobe Photoshop (Editing File JPEG); Adalah perdebatan yang sebetulnya harus kita sikapi secara arif, walaupun tidak menutup kemungkinan pendapat itu berujung kepada kesinisan, terutama bagi yang tidak menyukainya atau memahaminya.
Keberadaan aplikasi-aplikasi komputer bagi arsitek ini bukan tanpa sebab;
  1. setidaknya diperkuat oleh tuntutan bisnis yang mengharapkan kecepatan menyelesaikan pekerjaan tanpa harus pusing dengan kemampuan asli seorang arsitek dalam cara mencetuskan idea/gagasannya. Ini adalah realitas yang pertama harus dipahami oleh seorang arsitek. 
  2. Realitas kedua, dalam dunia awam tentang produk arsitektur, sepertinya merespon positif keberdaan hasil rancangan seorang arsitek yang disajikan dengan menggunakan aplikasi-aplikasi komputer . Mereka melihat bahwa hasilnya lebih nyata, lebih hidup  dan lebih dimengerti oleh kebanyakan klien yang awam dengan proses merancang. Jadi hasil akhir produk karyanya arsitek sangat penting untuk diketahui sekaligus dipahami oleh seorang klien, terlepas dari bagaimana cara arsitek mempresentasikannya, apakah dengan menggunakan komputer atau tidak, sepertinya tidak terlalu penting untuk diketahui secara detail oleh klien. Pada titik inilah, telah merangsang seorang arsitek untuk menggunakan aplikasi komputer, selain dapat mempercepat pekerjaannya, juga hasilnya lebih mudah dipahami oleh seorang klien.
  3. Realitas ketiga, sepertinya arsitek tidak tampak ‘Gaul’ jika tidak menguasai teknologi-teknologi komputer, terutama soal aplikasi yang dapat mendukung pekerjaanya. Jadi, cara pandang zaman sekarang, soal seseorang disebut arsitek ‘Tua’ atau ‘Muda’ itu telah bergeser dari yang dulunya diurut berdasarkan durasi kepraktisiannya, menjadi dikelompokan berdasarkan kemampuannya dalam urusan pandaitidaknya mengoperasikan aplikasi-aplikasi komputer yang terkait dengan penyajian karya seorang arsitek. Sepertinya realitas ini tidak ilmiah sama sekali, tapi itulah yang dinamakan realitas, tak’harus bersandar pada metodenya.
Untuk memahami lebih lanjut dari istilah ‘Interaksi” dalam konteks komputer, dan ‘Merancang’ dalam konteks pekerjaan arsitek, dapat kita lihat dari gejala kesejamanannya.
Dalam dunia komputer kita mengenal apa yang disebut dengan Man-Machine Interface(MMI), yang mulai diperkenalan sekitar tahun 70an, maka kemudian kita mengenal produk  “antarmuka pengguna(user interface)”, sepuluh tahunan kemudian, kita baru familiar dengan istilah “Interaksi Manusia dengan Komputer(IMK)” atau human-computer interaction(HCI). HCI adalah; “…sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia dan studi tentang fenomena di sekitarnya,(Oky,undip).”
Jika kita memahaminya melalui perspektif kesejamanan abad 21, yang disebut dengan sifat interdisipliner, dimana ilmu komputer bertemu dengan ilmu sosial atau pisikologi.
Kemudian bagaimana dengan istilah ‘Merancang’ dalam arsitektur; “Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah Dengan kata lain adalah pemograman, penyusunan rancangan, dan pelaksanaan rancangan, (John Wade,1997)”
Dengan alasan bahwa HCI terkait dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia dan studi tentang fenomena di sekitarnya, maka bertemulah dengan Si Arsitek sebagai pengguna yang sedang berproses untuk menciptakan karya arsitektur  membutuhkan teknologi yang dapat mempermudah kerjanya pada tahap pemograman dan penyusunan rancangan(sebetulnya tidak terlalu jauh bedanya ketika zaman ‘Mesin gambar’ yang menggunakan ‘otot’, sementara aplikasi interface semacam ini menggunakan ‘otak’). Setidaknya pada titik ini manfaat aplikasi interface dapat membantu kemunculan karya arsitektur sebagai sebuah karya yang dihasilkan melalui pemprosean, terlepas dari ada tidaknya tindak kejahatan intelektual seorang arsitek yang memanfaatkan kemudahan dan kebergunaan aplikasi ini untuk tindakan ‘Copas’ (copy-paste), kemudian ‘Edit’.
Ditinjau dari segi karakteristik perancang;
  1. Karakter gaya lama (Metoda lama), yaitu seperti ‘blackbox’; Arsitektur itu terlahir dari sebuah proses kreatif tak terlihat seperti kotak gelap, unik(setiap arsitek bisa beda); Hasil perancangan sangat tergantung intuisi, masukan pengalaman, ilham, imajinasi, dilakukan dengan  trial & error; Saat merancang sangat bergantung kepada ketersediaan waktu, mood, imajinasi; Seringkali pikirannya melompat-lompat, karena persoalannya dianggap rumit untuk ditransformasikan menjadi hal yang terlalu sederhana.
  2. Kemudian ada karakter gaya baru (Metoda baru), yaitu yang dianggap lebih rasional, seperti ‘Glassbox’, cara ini umumnya menjadi basis pengajaran di prodi Arsitektur pada umumnya, dimana; Penetapan tujuan, variabel, dan kriteria, merancang ada di awal, sebelum beranjak ketahapan yang lain; Kemudian diadakan proses Analisis, jika dianggap perlu bisa dilakukan pengujian, sebelum mengambil kesimpulan;  Semua evaluasi tidak menggunakan gaya ‘Coba-coba’ seperti trial and error; Pemilihan strategi ditetapkan dengan logis, biasanya sekuensial, lintas parallel, kondisional, siklus ulang.
Walaupun saya tidak terlalu percaya 100% dengan metode rasional seperti ‘Glassbox’ ini bisa sukses menghasilkan karya arsitektur. Sekalipun itu diyakini oleh banyak prodi arsitektur.
Saya termasuk penikmat karya John ChristopherJones(1950) "A Systematic Design Method", yang memberikan pencerahan bagaimana mengintegrasikan persoalan rasionalitas dan intuisi dalam merancang, Baginya, desainer membutuhkan cara untuk dapat keluar dari fokus pada ekspresi dan mode produksi dan mulai mengatasi definisi dari masalah yang harus dipecahkan. Dia berkomentar bahwa;
"pekerjaan masa depan desainer adalah untuk memberikan substansi ide-ide baru sementara menghilangkan pondasi fisik dan organisasi yang lama. Dalam situasi ini, itu adalah omong kosong untuk memikirkan merancang sebagai kepuasan persyaratan yang ada. kebutuhan baru tumbuh dan kebutuhan tua mengalami pembusukan ... "
Lalu apa hubungannya karakter seorang perancang(arsitek) dengan komputer?. Dalam tulisan ini saya hanya membatasi hubungan karakter arsitek dalam merancang dengan HCI. Salah satu kekuatan yang dapat diandalkan dari penggunaan aplikasi komputer berupa softwear yang dapat membantu pekerjaan arsitek adalah kemampuan’Memori’yang melebihi kemampuan memori manusia, file-file yang terdigitasi dapat dilihat sewaktu-waktu jika dibutuhkan, sebagai bahan evaluasi perjalanan proses merancang, tanpa harus ‘garuk-garuk’ kepala mengingatnya, selain soal kecepatannya. Dengan pemahaman seperti ini, saya kira, kita bisa menghindari pendapat yang sinis, menyatakan “Ini Hanya Pekerjaan Drafter”.
Seperti kita membayangkan, apakah hanya orang yang sedang mengendarai BMW saja yang boleh menggunakan GPS?, bagaimana jika anda mengendarai motor untuk mencari alamat seseorang?, apakah tidak boleh menggunakan GPS?. Di Jogja, seorang tukang becak, sudah terbiasa mengantarkan turis dengan panduan GPS, yang terinstal di telepon genggamnya. Jadi saya kira, sudah sewajarnya seorang arsitek berlomba adu cepat dengan tukang becak mengayuh semangat menuju kepada peradaban ‘Human-computer interaction(HCI)’.
Kembali kepada hubungan karakter perancang dengan komputer, setidaknya dapat kita cermati dari:
  1. Manusia memiliki keterbatasan untuk mengingat apa yang sudah dilakukannya dalam proses merancang. Biasanya seorang arsitek, gemar membuat sketsa-sketsa kecil untuk sekedar merekam apa yang terlintas dalam imajinasinya. Tiap-tiap arsitek memang berbeda karakter dalam merancang, tergantung dari bagaimana caranya untuk melihat realitas pada dirinya. Tidak bisa dipungkiri bahwa terkadang, intuisi, ilham, atau imajinasi lebih cemerlang memandang tujuan akhir dari perancangan karyanya, datang melintas dari alam pikirannya, sehingga membutuhkan kecepatan untuk merekamnya menjadi sebuah ide/gagasan yang lebih mirip dengan kenyataan nantinya. Disinilah sebetulnya bagaimana aplikasi-aplikasi komputer dapat dipergunakan untuk mewujudkan intuisi seorang arsitek yang datangnya tidak terkira, dapat sewaktu-waktu keluar dari dalam benak arsitek dan harus segera di ‘save’, dan masuk kedalam folder ‘Evaluasi’ berikutnya.
  2. Dalam hal sensitifitas bentuk dan warna yang menyerupai alam nyata, aplikasi-aplikasi ini belum bisa tertandingi oleh kemampuan pewarnaan seorang arsitek dalam ‘Sketsa perspektif’ yang sudah direndering sekalipun, selain membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, juga tingkat akurasi kemiripannya sangat tergantung ‘mood’nya Si arsitek. Untuk pekerjaan-pekerjaan bisnis yang membutuhkan kecepatan, saya kira, untuk era sekarang, sudah ketinggalan zaman kalau menyalahkan ‘Mood’ belum keluar dari benak Si arsitek, hanya untuk sekedar membuat gambar freehand 3D, misalnya. 
  3. Pertentangan itu terjadi biasanya ketika seorang arsitek terlalu menyandarkan permasalahan perancangan kepada metode perancangan yang berbasiskan rasionalitas, kecerdasan, atau berlandaskan kepada konsep. Kehadiran aplikasi-aplikasi interface semacam ini dianggap menandingi kemampuan kecerdasannya. Jadi semacam pergumulan batin; Disatu sisi gambar-gambar yang terdigitasi adalah produk rasional sementara disisi lain ‘Merasa lebih cerdasnya,’  enggan tertandingi oleh komputer. Pergumulan seperti ini, menurut hemat saya adalah pergumulan sia-sia, jika tidak ingin terlindas oleh kemajuan zaman. 
  4. Bagi arsitek yang senang bereksperimen ‘Trial and error’, aplikasi-aplikasi semacam ini sungguh sangat membantu memorinya, agar tak’tertelan penyakit ‘lupa’ yang memang sudah ada dari ‘sononya’ melekat pada diri manusia. Selain itu, dari segi kecanggihannya dapat diandalkan menggambarkan ide/gagasan yang mirip dengan kenyataanya, sehingga dia bisa langsung melompat kepada pemikiran proses pembangunannya dan masalah apa saja yang harus dihadapi pada tingkat pelaksanaan. Akan lebih baik lagi jika didukung oleh softwear untuk membuat RABnya, menjadi semangkin lengkap untuk mendekati kenyataanya. Selain itu, cara pengoperasiannya yang ‘User friendly (ramah dengan pengguna)’, atau mudah dioperasikan, dan memiliki sejumlah kemampuan lain, yang menjadikan Si arsitek merasa ‘betah’ dalam mengoperasikan program tersebut, bahkan untuk seorang pengguna pemula sekalipun.
Walaupun pada akhirnya kemajuan teknologi itu pasti memiliki sisi-sisi dampaknya, disatu sisi berdampak baik; Untuk memepecepat pekerjaan dan mempresentasikan hasil gagasannya dalam bentuk yang lebih mirip kenyataan; Juga tak’mungkin dapat menghindari kenginan seseorang untuk mempelajari berbagai softwear yang berkaitan dengan presentasi gambar arsitektur, baik itu dilakukan oleh kalangan arsitek sendiri, atapun bukan dari kalangan arsitek, Seperti juga dalam pandangan ilmu-ilmu positif, ‘Untuk menjadi arsitek itu, tidak harus punya bakat’ menjadi arsitek, karena bakat sifatnya genetic, sementara ilmu-ilmu positif menganggap semua orang bisa menjadi arsitek, karena dengan pendekatan rasionalitasnya dapat dipelajari oleh semua orang. Demikian pula dengan gejala kemajuan teknologi komputer, memungkinkan seorang yang hanya lulusan ‘SMK’ dengan atau tanpa bakat, kemudian melakukan pekerjaan yang diulang-ulang dapat menyajikan karya disain yang umumnya dilakukan oleh seorang arsitek(dalam pandangan perancangan untuk menghasilkan komoditas), melalui bantuan aplikasi-aplikasi softwear arsitektur yang terinstal didalam komputernya. Sepertinya tidak ada yang salah, karena memang sekarang zamannya. Disisi yang lain, patut dicurigai(banyak terjadi) sebetulnya, adalah tindakan seorang arsitek yang melakukan kejahatan intelektual dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi softwear arsitektur, ketimbang mengalihkan opini ke ‘Arsitek operator komputer’, kemunculan istilah ‘Arsitek gadungan!’ atau ‘ngaku-ngaku arsitek!’.
Kesimpulannya :
  1. Perubahan cara menyajikan gambar arsitektur yang ditandai dengan kemunculan teknologi berbagai program aplikasi komputer di bidang arsitektur, yang menggantikan sketsa tangan(freehand maupun dengan mesin gambar) seorang arsitek dalam memvisualkan gagasannya, telah membuka kemungkinan pengguna komputer yang lebih luas. Hal itu terjadi karena program-program ini telah belajar dan berangkat dari bagaimana karakteristik pemroses informasi oleh seorang arsitek dalam merancang, termasuk didalamnya mempelajari bagaimana struktur prilaku arsitek, pola alamiah, dan prasyarat phisik-fisiologis.
  2. Saat ini kehadiran komputer dengan program aplikasi komputer di bidang arsitektur, sudah tidak dapat dilepaskan dari dunia bisnis dan industri abad 21. Siapapun yang terutama bergerak dalam bisnis perarsitekturan, dan dengan kemajuan teknologi yang selalu ‘Update’ dan Upgrade’, yang selalu memecahkan masalah pengguna dalam operasi komputer untuk bisnis, pada akhirnya akan mengarah kepada tidak perlu susah-susah memikirkan bagaimana cara berinteraksi dengan komputer, tetapi yang penting justru bagaimana mengoptimalkan komputer untuk dapat digunakan sebagai mesin yang membantu ‘Berpacu dalam dunia bisnis’, seperti analogi menggunakan mobil atau motor, kita tidak perlu memikirkan bagaimana cara mesin itu bekerja.
  3. Dalam konteks ‘Human Information Processing’ yang ada dalam HCI, pada akhirnya semua arsitek, suka tidak suka akan menggunakan berbagai program aplikasi untuk membantu proses perancangannya, karena pendekatan karakteristik arsitek sebagai pemores informasi, adalah basis dari kebergunaan/kemanfaatan aplikasi-aplikasi ini bagi seorang arsitek, seperti untuk mengetahui dan mempelajari model-model arsitektur kognitif, teori tentang memori, persepsi, kemampuan motorik, dan motivasi. Sehingga kehadirannya tidak mungkin ditolak, kehadirannya semata-mata untuk keamajuan teknologi komputer, kemudian diterima oleh dunia praktis/bisnis dan memberikan umpan-balik atas kemajuannya dan bermanfaat bagi kemajuan dunia praktis/bisnis.
Mudah-mudah tulisan ini menjadi semacam pencerahan dan tidak mengurangi kreatifitas kita dalam merancang, dengan atau tanpa menggunakan program aplikasi, atau mau menggunakan motede merancang seperti apa, semua kembali kepada bagaimana cara kita melihat realitas diri kita sendiri dalam setiap/sedang melakukan proses perancangan arsitektur.

7 komentar:

elvia mengatakan...

Setelah membaca artikel ini saya baru tau komputer sangat membantu pekerjaan arsitek, terlebih lagi dalam sisi mengingat desain desain yang sudah dibuatnya thanks min:)

Perkenalkan saya elvia(1722500156) dari STMIK Atma Luhur
Jangan lupa jika berkenan kunjungi website kami di https://www.atmaluhur.ac.id

elvia mengatakan...

Setelah membaca artikel ini saya baru tau komputer sangat membantu pekerjaan arsitek, terlebih lagi dalam sisi mengingat desain desain yang sudah dibuatnya dan apakah ada aplikasi untuk arsitek dan apa saja? thanks min:)

Perkenalkan saya elvia(1722500156) dari STMIK Atma Luhur
Jangan lupa jika berkenan kunjungi website kami di https://www.atmaluhur.ac.id

Yunita mengatakan...

terimaksih atas infonya artikel nya sangat bermanfaat bgi saya, dsni saya menyimpulkan bahwa adanya interaksi antara komputer dan arsitek dan mempermudah pekerjaan arsitek dalam merancang design nya kemajuan pada zaman sekarang dgn dbantu komputer mempermudah pekerjaan seseorang:)
perkenalkan Nama Saya Yunita 1722500158 dari STMIK ATMA LUHUR
jgan lupa kunjungi website kmi di https://www.atmaluhur.ac.id

Yunita mengatakan...

terimaksih atas infonya artikel nya sangat bermanfaat bgi saya, dsni saya menyimpulkan bahwa adanya interaksi antara komputer dan arsitek dan mempermudah pekerjaan arsitek dalam merancang design nya kemajuan pada zaman sekarang dgn dbantu komputer mempermudah pekerjaan seseorang:)
perkenalkan Nama Saya Yunita 1722500158 dari STMIK ATMA LUHUR
jgan lupa kunjungi website kmi di https://www.atmaluhur.ac.id

Nova Oseva mengatakan...

wahh sangat bermanfaat sekali kak :) kemajuan teknologi saat ini memang sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari, terlebihh lagi dalam dunia pekerjaan. selain mempermudah pekerjaan manfaatnya juga menghemat waktu...
perkenalkan kak saya Nova Oseva ( 1722500124) dari STMIK ATMA LUHUR
kunjungi website kami yukkk di https://www.atmaluhur.ac.id

Unknown mengatakan...

Terimakasih artikelnya nya sangat membantu
Sekali dalam tugas saya, perkenalkan nama saya intan asal kampus STMIK Atmaluhur Pangkalpinang kunjungi juga website kami di https://www.atmaluhur.ac.id

sss mengatakan...

Sebagai website penyedia jasa arsitek di malang, kami mengerti pentingnya berkomunikasi bagi Anda.